π Pemateri: Ust. DR. Wido Supraha
πΏπΊπππΌππ·π
Ats-Tsabat secara mudahnya bermakna keteguhan, konsistensi, mengandung unsur sabar, dan ketenangan, ada unsur merasakan kenikmatan, sehingga ingin terus menerus berada di dalamnya hingga menyelesaikannya atau diselesaikan.
Dalam terma ats-Tsabat ada makna kesungguhan di dalamnya.
Bersungguh-sungguh di dalam meraih tujuan utamanya, meskipun selama usahanya membutuhkan waktu yang amat lama, tahapan demi tahapan yang banyak, dan ujian maupun cobaan yang begitu beragam.
Antum bisa simak Quran Surah al-Ahzab ayat ke-23 dalam hal ini. Bahwa di antara manusia ada yang menepati janji mereka kepada Rabb mereka.
Dalam menepati janji tersebut bahkan ada di antara mereka yang gugur syahid, namun ada pula sebagian lagi yang menunggu-nunggu kapan waktu mereka untuk gugur syahid, namun selama masa penantian tersebut ia tidak pernah sekalipun mengubah janjinya untuk sentiasa dikenal sebagai perindu syahid.
Mungkin bagi sebagian manusia, kalau berbicara waktu akan segera teringat bahwa 'waktu adalah uang', tapi bagi para perindu syahid, waktu sejatinya adalah bagian dari solusi (al-waktu juz-un min al-'ilaaj), bagian dari upayanya untuk terus meningkatkan maqamnya di hadapan Rabbul 'Izzati wal Jalalah.
Hal ini karena ia telah berada pada tingkat keyakinan yang penuh, tanpa keraguan sedikitpun, bahwa memang tiada pilihan lain bagi dirinya kecuali berada pada sebuah jalan, yang jalan itu diyakininya penuh dengan keberkahan dan keridhaan-Nya. Jalan yang menyediakan balasan terbaik yang amat besar dan sangat menarik hatinya, sehingga ia pun tetap fokus berada di dalam jalan tersebut.
Begitu pentingnya fokus dalam menjalani sesuatu, dalam apapun itu, namun dalam konteks ini, fokus untuk sentiasa berada dalam SHIRAT AL-MUSTAQIM. Sehingga Nabi kita yang mulia (Sha), sampai memvisualisasikan pelajarannya di atas pepasir, dengan menggariskan bahwa inilah jalan yang lurus itu, fokus lah untuk mengikutinya, dan jangan terkecoh dengan panggilan kiri dan kanan yang melenakan, jangan terkelabui dengan panggilan kiri dan kanan yang menyediakan kenikmatan semu, karena di jalan SHIRAT AL-MUSTAQIM tersedia kenikmatan sesungguhnya nan abadi.
Inilah tingkat keteguhan untuk tujuan hidup yang tertinggi.
Bersama ruh ini, kita bisa aplikasikan dalam seluruh aktivitas kebaikan yang telah kita mulai. Jangan pernah berhenti sebelum manusia meraih hal terbaik dari apa yang telah ia mulai.
Maka dalam konteks ini, ATS-TSABAT memiliki unsur SHABR, dan ketika berbicara SHABR, minimal ia memiliki 3 dimensi:
1) Sabar dalam ketaqwaan;
2) Sabar dalam menjaga diri dari kemaksiatan;
3) Sabar ketika diujikan dengan musibah pada kesempatan pertama.
Kalau begitu, apa kaitannya dengan surat Ali 'Imran?
π¦Pertama, yang harus dipahami, bahwa setiap ayat di dalam sebuah surah, atau antara surah dengan surah, atau ayat dengan surah, memiliki kesatuan makna yang saling menguatkan. Inilah keindahan Al-Qur'an.
π¦Kedua, nama dari sebuah surah perlu ditadabburi karena ia merupakan topik utama yang mengandung banyak pelajaran
π¦Ketiga, karena ternyata di dalam surah ini mengandung banyak pelajaran ATS-TSABAT
▶Apa yang membuat seseorang berada pada sebuah jalan? PETUNJUK (Al-HUDA)
▶Apa yang membuat seseorang tetap berada pada sebuah jalan? PETUNJUK (AL-HUDA)
▶Untuk apa seseorang berada di dalam sebuah jalan? PETUNJUK (AL-HUDA)
▶Setiap hari, muslim berdo'a kepada Allah Swt untuk memohon AL-HUDA. Betul?
IHDINA, Berikan kami HUDA
Selalulah berdoa dengan seluruh adabnya
Setelah manusia memujinya, menegaskan penghambaannya, ia berdo'a : IHDINA
Berikan kami HUDA
πΉDan ternyata Allah Swt segera menjawab di dalam Q.S. Al-Baqarah, 'Fiihi HUDA"
πΉDan ternyata Allah Swt membimbing kita di dalam Q.S. Ali 'Imran untuk sentiasa memohon agar HUDA itu tidak tercerabut, "Rabbanaa Laa Tuzigh Quluubanaa ba'da Idz HADAItanaa ....."
Maka sudahkah kita membaca do'a 'IHDINA' itu dengan seluruh kekhawatiran bahwa do'a kita tidak dikabulkannya, dengan seluruh pengharapan lirih bahwa do'a kita dikabulkannya ..... (Introspeksi Diri)
Selanjutnya ... jika antum perhatikan, Surat Al Fatihah diakhiri dengan do'a, ternyata Surat Al Baqarah pun diakhiri dengan do'a (Rabbanaa Laa tahmil 'alainaa ....), dan ternyata Surat Ali 'Imran pun diakhiri dengan do'a setelah manusia diminta untuk sentiasa ingat kepadanya (Rabbanaa innaka man tudkhilinnaara faqad akhzaitah ....)
Inilah mengapa Nabi Saw mengajak umatnya, 'TA'ALLAMUU, Pelajarilah kedua surat ini.', dua surat yang disebut dengan ZAHRAWAAN, dua surat yang bercahaya.
πΏPerlu antum ketahui, bahwa Surat Ali 'Imran diturunkan setelah Surat Al-Anfal, namun disusun setelah Surat Al-Baqarah.
πΏPerlu antum ketahui, bahwa Surat ini bukan diturunkan kepada manusia yang baru mengenal Islam, tapi Surat ini diturunkan 20 tahun setelah masa kenabian. Diturunkan kepada manusia yang sudah melewati ragam tribulasi dakwah!
πDan ternyata seluruh isinya berkaitan dengan ATS-TSABAT (Keteguhan), dan ternyata semakin lama manusia ber-Islam, ia tetap perlu dikuatkan motivasinya agar sentiasa di dalam AL-HUDA.
Ini yang membuat bahwa tema ATS-TSABAT akan selalu relevan dalam seluruh umur-umur kita, karena umumnya manusia dalam berjalan menuju SHIRAT AL-MUSTAQIM sering terganggu karena dua hal, kita sebut saja FAKTOR INTERNAL dan FAKTOR EKSTERNAL.
✅Kita sebut Faktor Internal, karena biasanya Ats-Tsabat terganggu karena sesuatu yang datang dari dalam diri, mungkin berwujud pemikiran 'menyimpang' karena berpikir mendalam tapi tidak di bawah naungan wahyu.
✅Kita sebut Faktor Eksternal, karena biasanya Ats-Tsabat terganggu karena faktor-faktor dari luar dirinya. Bukan berarti manusia meninggalkan jalan AL-HUDA, tapi mungkin ia sekedar TIDAK MEMPRIORITASKANNYA, karena kesibukannya di dunia mengejar harta, tahta dan wanita.
Allah Swt sangat mengetahui fitrah manusia tersebut, maka membaca Surat Ali 'Imran perlu memahami bahwa surat ini memberi ruang dialog dan obat untuk kedua persoalan tersebut, dan hal ini dapat kita lihat bahwa FAKTOR INTERNAL dirangkum dalam ayat 01-120, dan FAKTOR EKSTERNAL dirangkum dalam ayat 121-200.
Apa hal besar yang diangkat dalam kedua bagian besar itu dalam konteks Surat Ali 'Imran?
Berbicara tentang Faktor Internal akibat pemikiran yang terganggu, Allah Swt mengangkat kisah 60 Nasrani ditemani 10 pemuka agamanya untuk berdebat dengan Nabi Saw terkait konsep Isa a.s sebagai Nabi.
Berbicara tentang Faktor Eksternal akibat gangguan luar yang membuatnya tidak memprioritaskan tujuan utamanya, Allah Swt mengangkat kisah Perang UHUD.
Islam adalah agama Ilmiah dan Dialog, disinilah KASIH dan DAMAI Islam.
Hal itu tercermin, betapa perbedaan pemikiran antara Nabi Saw dan 70 orang Nasrani adalah 180 derajat, namun Nabi Saw mencontohkan betapa akhlaknya dalam melayani tamunya sangat-sangat luar biasa.
Dengan penuh hikmah Nabi Saw mengajarkan Nasrani logika berpikir yang benar, mulai dari permisalan-permisalah sederhana, mulai meningkat medium, hingga puncaknya ketika tidak ada kata sepakat, muncullah MUBAHALAH!
Dan TERNYATA ... setelah itu Allah tutup pembicaraan itu dengan konsep SABAR, baca ayat 120!
Ingat bahwa mujahid perang UHUD adalah Alumni BADAR, profesionalitasnya luar biasa, tapi tetap SABAR menjadi penting, maka Allah tutup pembicaraan itu, bahkan surat itu, dengan konsep SABAR, baca ayat 200!
Wahai orang-orang beriman, bersabarlah, dan bantulah sekitarmu untuk bersabar, dan tetaplah, teguhlah, profesionallah, dalam amanah, tugas, beban yang dipercayakan kepadamu!
Ya bahwa ALIF LAM MIM (Bukan judul film Indonesia), terkadang dimaknai sebagai nama Surat, Nama Ayat, atau huruf-huruf muqotha'ah tanpa makna, tapi juga para ulama mengingatkan bahwa ALIF LAM MIM adalah juga huruf-huruf Arab yang digunakan oleh orang-orang Nasrani sehari-harinya.
Maka kalau memang mereka mampu, cobalah buat surat yang memiliki ruh seperti AL-HUDA! Padahal AL-HUDA itu telah diwahyukan dengan ruh bagi para pembacanya!
Hanya di surat ini kemudian ditegaskan secara berulang bahwa ISLAM BUKAN AGAMA YANG PALING BENAR, setuju?
Maka untuk mencapai ATS-TSABAT itu, minimal ada 5 (LIMA) hal yang bisa kita lakukan:
πΉ1) Banyak berdo'a dan berlindung kepada-Nya, banyak sekali do'a bertaburan menyelingi setiap pelajaran di surat ini, diantaranya WA TSABBIT AQDAAMANAA (TEGUHKAN/TETAPKAN PENDIRIKAN KAMI);
πΉ2) Banyak beribadah, karena ibadah adalah ruh dan sumber motivasi;
πΉ3) Dakwah, karena dakwah melibatkan dialogis, mau'izhah, semangat menuntut ilmu, memindahkan fikrah dalam otak manusia dari situasi kepuasan (qana'ah) kepada wilayah identitas (hawiyah) dan loyalitas (intima');
πΉ4) Menghayati betapa jelasnya tujuan hidupnya; dan
πΉ5) Ukhuwah.
Maka inilah rahasia mengapa surat ini dinamakan ALI 'IMRAN, karena Allah Swt telah mengangkat dua figur wanita terbaik (Istri 'Imran, dan Maryam) sebagai contoh keteladanan dalam ATS-TSABAT! Bahkan karena keteguhannya, Nabi Zakaria a.s. pun belajar kepada Maryam, karena wanita terkadang dapat dijadikan contoh sebagai SIMBOL KETEGUHAN, maka jangan lupa, setelah surat Ali 'Imran, dihadirkan Surat An-Nisa' (WANITA).
Maka ana tutup dengan do'a, Yaa Muqallibal Quluub, TSABBIT Quluubana 'alaa diinika, Yaa Musharrifal Quluub, Sharrif Quluubanaa 'alaa Thaa'atika.
Selanjutnya silahkan sharing pendapatnya.
Nas-alullaaha salaamatan wal 'aafiyah, al-'afwu minkum, Assalaamu 'alaikum warahmatullaahi wa barakaatuh.
πΏπΊπππΌππ·ππΉ
Dipersembahkan:
www.iman-islam.com
πΌ Sebarkan! Raih pahala...
0 comments:
Post a Comment