Thursday, June 28, 2018



Malaikat-malaikat itu terlihat oleh orang kafir dan orang mukmin. Banyak kesaksian, pasukan-pasukan kafir Quraisy dihabisi secara tragis oleh para malaikat.

Ada yang tiba-tiba mati, padahal tidak sedang berhadapan dengan orang-orang beriman.



Setelah melemparkan segenggam debu tersebut, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam meminta kepada para sahabatnya agar berlaku jujur. Yakni jujur dalam niat, jihad untuk Allah Ta’ala dan Nabi-Nya, juga berlaku jujur ketika berhadapan dengan musuh.

Salah satu episode jihad Badar ini juga menjadi penyemangat kaum Muslimin akhir zaman. Bahwa kemenangan merupakan hadiah dari Allah Ta’ala. Orang beriman hanya wajib berupaya dan melakukan sebaik-baik usaha.

Selebihnya, Allah Ta’ala punya kuasa. Sehingga dalam ayat ini disebutkan dengan sangat jelas, “Maka bukan kamu yang membunuh mereka, melainkan Allah-lah yang membunuh mereka. Dan bukan kamu yang melempar (debu) ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar.” (Qs. Al-Anfal [8]: 17). [Kisahikmah/Mbah Pirman]

Kisah Debu Ajaib Nabi Muhammad Saw (Selesai)

Malaikat-malaikat itu terlihat oleh orang kafir dan orang mukmin. Banyak kesaksian, pasukan-pasukan kafir Quraisy dihabisi secara tragis ole...

Wednesday, June 27, 2018


Setelah berlinang air mata saat memanjatkan pinta kepada Tuhan Yang Mahakuasa, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam keluar dari tenda. Di hadapannya, dua pasukan tengah bertemu. Pasukan Muslimin-Mukminin tunai berhadap-hadapan dengan rombongan kafir Quraisy.

Pada hari yang disebut juga Yaumul Furqon itu, kebenaran tengah mencari pangung. Jika saat itu kebenaran kalah, mengutip doa Nabi yang mulia, niscaya tak ada lagi manusia yang menyembah hanya kepada Allah Ta’ala.

Muhammad bin Abdullah kemudian mengambil segenggam debu. Di tangan laki-laki suci ini, semua yang dianggap hina bisa menjadi mulia bahkan sakti tiada banding. Ia melemparkan debu itu ke arah kaum kafir Quraisy Makkah.

“Buruk sekali muka-muka mereka.” ucap sang Nabi sebagaimana dikisahkan Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim surat Al-Anfal ayat 17.

Ajaib, segenggam debu itu bisa menyebar merata hingga mengenai seluruh wajah kaum kafir yang jumlahnya lebih dari seribu pasukan. Atas Kuasa Allah Ta’ala, debu itu ampuh dan benar-benar sakti.

“Tak seorang pun dari mereka (orang-orang kafir) kecuali terkena lemparan debu sehingga mereka sibuk mengurusi matanya dan lupa dengan keadaannya.” terang Imam Ibnu Katsir.

Karena sibuk dengan dirinya itu, kaum kafir lengah. Jumlah banyak tak berguna karena mereka kalah telak. Belum lagi dengan bala bantuan yang Allah Ta’ala datangkan berupa ribuan malaikat yang turun temurun.(Bersambung...)

Kisah Debu Ajaib Nabi Muhammad Saw

Setelah berlinang air mata saat memanjatkan pinta kepada Tuhan Yang Mahakuasa, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam keluar dari tenda. Di hada...

Sunday, June 10, 2018


Mesir selalu identik dengan keberadaan Sungai Nil. Sungai ini bahkan telah ada sejak ratusan juta tahun silam dan menjadi sumber kehidupan penduduk Mesir. Sungai Nil nyatanya juga memiliki sebuah sejarah menarik.

Sebelum Islam menyinari Kota Mesir, setiap datangnya Bu'nah (bulan Mesir) penduduk Mesir biasa melakukan tradisi persembahan untuk menghormati Sungai Nil. Persembahan tersebut dilakukan dengan cara menumbalkan seorang gadis untuk dibuang ke dalam sungai.

Ketika Rasulullah datang dan menyebarkan agama Islam, tradisi itu sempat terhenti dan dilupakan. Namun, penduduk Mesir dikhawatirkan dengan keadaan Sungai Nil yang mengering, padahal sebelumnya air di sungai tersebut tidak pernah habis.

Dari cerita Qais bin Al-Hajjaj yang ditulis oleh Syekh Mahmud Al-Mishri dalam bukunya yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Ustaz Abdul Somad Lc, saat Sungai Nil mengering penduduk Mesir berbondong- bondong mendatangi Gubernur Kota Mesir, Amr bin Al-Ash.

" Wahai gubernur, Sungai Nil kami ini memiliki tradisi. Dia tidak akan mengalir jika tradisi itu tidak dilaksanakan," ujar salah seorang dari penduduk Mesir.

Amr bin Al-Ash pun bertanya, Apakah tradisi itu? Orang itu pun menjawab, Jika telah lewat tiga belas malam dari hitungan bulan ini (Bu'nah), kami akan meminta seorang anak perempuan dari orang tuanya dan kami buat mereka rela menyerahkan putrinya. Kemudian kami akan hiasi anak perawan itu dengan perhiasan dan pakaian terbaik.Kemudian kami akan membuangnya ke Sungai Nil, kata dia.

`Amr bin Al Ash pun menolak usulan penduduk Mesir untuk melakukan tradisi mereka dan menjelaskan bahwa tradisi tersebut tidak tertera dalam ajaran Islam. Agama Islam telah menghancurkan tradisi-tradisi sejenis itu, kata dia.

Bu'nah pun berlalu hingga datangnya Abib (bulan sebelas menurut hitungan kalender Qubti dan Masra), tapi Sungai Nil tak kunjung mengalir. Para penduduk mendesak untuk melaksanakan tradisi mereka hingga sang gubernur kehabisan akal untuk melarang dan memutuskan mengirim surat kepada sang khalifah, Umar bin Khattab RA.

Dalam suratnya, Amr menjelaskan perihal keadaan Kota Mesir dan keringnya Sungai Nil serta keputusannya untuk melarang warga melakukan persembahan. Umar bin Khattab membalas surat Amr dan dalam suratnya dia berpesan, Apa yang telah engkau la kukan itu benar. Saya telah mengirim satu kartu di dalam surat saya ini. Buanglah kartu itu ke dalam Sungai Nil, tulis Umar.

Ketika surat dari Umar tiba, Amr segera mengambil kartu tersebut dan membaca tulisan di atasnya, Dari hamba Allah, Umar Amirul Mukminin, untuk Sungai Nil penduduk Mesir. Amma ba'du jika engkau mengalir karena kehendakmu dan perkaramu, maka janganlah engkau mengalir karena kami tidak membutuhkanmu. Namun, jika engkau mengalir karena perintah Allah yang Mahaesa dan Mahakuasa, Dialah yang telah membuatmu mengalir. Kami memohon kepada Allah agar Dia membuatmu mengalir.

Kemudian Amr melaksanakan pesan Khalifah Umar untuk membuang kartu tersebut ke Sungai Nil. Keesokan harinya, tepatnya pada Sabtu pagi, Allah SWT membuat Sungai Nil kembali mengalir, bahkan hingga setinggi enam belas hasta dalam waktu satu malam.

Hingga kini Sungai Nil menjadi sungai yang tak pernah kering meski musim kemarau melanda.Penduduk Mesir juga telah berhenti dan meninggalkan tradisi persembahan mereka hingga saat ini.(republika

Surat Khalifah Umar dan Sungai Nil

Mesir selalu identik dengan keberadaan Sungai Nil. Sungai ini bahkan telah ada sejak ratusan juta tahun silam dan menjadi sumber kehidupan p...

Thursday, June 7, 2018




Sahabat mungkin kita pernah mendengar kisah hati mentah dimakan manusia?, ya ialah Hindun istri pembesar Quraisy Abu Sufyan yang memakan hati Hamzah paman rasulullah, yang dijuluki Singa Allah.

Karena dendam dalam hatinya, semua keluarga Abu jahl, Abu Lahab, saudara-saudaranya meninggal pada masa perang Badar, dan mereka jatuh di tangan Hamzah, hal inilah yang membuat Hindun begitu murka pada Hmazah, hingga akhirnya ketika perang Uhud, Ia menyiapkan seorang budak pemanah, khusus untuk membunuh Hamzah, budak itu bernama Wasyi.

Sahabat, tentu ketika itu Istri pembesar Makkah adalah sebuah kedudukan yang mulia. Terlebih bila membuka hati untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Islam akan menghapus segala kesalahan yang pernah dibuatnya.

Hindun bintu ‘Utbah bin Rabi’ah bin ‘Abdisy Syams bin ‘Abdi Manaf Ummu Mu’awiyah istri Abu Sufyan bin Harb ibu sahabat yang mulia Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhuma. Ibunya bernama Shafiyyah bintu Umayyah bin Haritsah bin Al-Auqash bin Murrah bin Hilal bin Falij bin Dzakwan bin Tsa’labah bin Bahtah bin Salim.

Sebelum kehadiran Abu Sufyan dalam kehidupan Hindun pernah menikah dengan Hafsh bin Al-Mughirah bin Abdillah bin ‘Umar bin Makhzum. Dari pernikahan itu lahir seorang anak laki2 bernama Aban.

Ketika Hindun menjanda dia meminta kepada ayah ‘Utbah bin Rabi’ah “Aku seorang wanita yang bisa menentukan urusanku maka jangan nikahkan aku sebelum engkau beritahukan padaku.” Sang ayah menyetujui permintaannya.

Hingga suatu ketika ‘Utbah menawarkan pilihan kepada Hindun “Ada dua orang pria yang meminangmu dan aku tidak akan menyebutkan nama padamu sebelum kugambarkan padamu terlebih dulu sifat mereka.”

‘Utbah menceritakan laki-laki yang pertama adalah orang yang mulia, mudah diatur istri karena dia orang yang tidak begitu peduli, halus budi pekerti, dia akan mengikuti si istri bila si istri mengikuti, istri pun bisa menguasai hartanya. Sementara yang lain seorang yg sangat mulia, pandangan tajam, keturunan mulia, dia dapat mengatur keluarga sementara mereka tidak bisa mengatur, bila keluarga mematuhi dia akan memudahkan urusan mereka, namun bila keluarga menjauhi, dia akan merasa cemburu. Dia orang yg emosional dan sangat menjaga kehormatan keluarganya.

Dan akhirnya Hindun memilih orang yang kedua. Dia terkesan dengan akhlak laki-laki itu. “Dia Abu Sufyan bin Harb” kata ‘Utbah.

Dan akhirnya Hindun bintu ‘Utbah dan Abu Sufyan bersatu dalam rumah tangga mereka yang masih di atas agama nenek moyang mereka. Bahkan mereka turut membela agama itu tatkala perang Badar meletus. Begitu pula saat perang Uhud. Hindun bersama wanita-wanita musyrikah Makkah turut menghasung dan menyemangati pasukan musyrikin. Ketika perang telah berhenti Hindun dan wanita-wanita yg lain datang mencincang jasad kaum muslimin. Hidung dan telinga mereka dipotong perut mereka dirobek. Hindun sendiri merobek perut Hamzah bin ‘Abdil Muththalib radhiyallahu ‘anhu. Dipotong hati Hamzah dimasukkan ke mulut dan dikunyah-kunyah lalu dia muntahkan kembali.

Namun Allah Subhanahu wa Ta’ala berkehendak memberikan akhir kehidupan yang baik bagi mereka berdua. Bulan Ramadhan tahun 8 Hijriyah adalah tahun kemenangan ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kaum muslimin memasuki kota Makkah dalam keadaan aman. Keadaan telah berubah. Kaum muslimin yang dulu terusir dari Makkah -tanah air mereka- dlm keadaan tertindas dan terhina kini menjadi pasukan yg begitu menakjubkan dan disegani oleh kaum musyrikin Makkah. Tidak ada pilihan lain kecuali mereka masuk Islam.

Demikian pula keadaan Hindun dan Abu Sufyan radhiyallahu ‘anhuma. Mereka pun akhir menyongsong kebaikan yg Allah Subhanahu wa Ta’ala anugerahkan lewat Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Hindun bintu ‘Utbah radhiyallahu ‘anha bersama para wanita lain yang masuk Islam mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau berada di Al-Abthah untuk berbaiat di hadapan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Wahai Rasulullah” kata Hindun “Segala pujian hanyalah milik Allah yang telah memenangkan agama yang telah dipilih-Nya utk diri-Nya ini. Sungguh kekerabatanmu akan bermanfaat bagiku wahai Muhammad. Aku adalah seorang wanita yang beriman kepada Allah dan membenarkan Rasul-Nya. Aku Hindun bintu ‘Utbah.”

“Selamat datang wahai Hindun” sahut Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Demi Allah dulu tidak ada seorang pun di bumi ini yang paling kuinginkan kehinaan selain engkau. Namun kini tidak ada seorang pun di bumi ini yang paling kuinginkan kemuliaan selain engkau” ujar Hindun. “Bahkan lebih dari itu” kata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membacakan ayat-ayat Al Qur`an kepada mereka dan mereka pun berbai’at kepada beliau.
Ketika itu Hindun berkata “Kami mau berjabat tangan denganmu wahai Rasulullah!”
“Aku tidak berjabat tangan dgn wanita. Ucapanku pada seratus orang wanita sama dengan ucapanku terhadap seorang wanita” jawab Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Di antara isi bai’at itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta mereka untuk tidak berzina dan tdk mencuri. “Apakah ada wanita merdeka yang berzina dan mencuri wahai Rasulullah?” sahut Hindun.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan lagi “Dan tidak membunuh anak-anak kalian.”
“Kami telah mengasuh mereka sejak kecil tapi ketika besar engkau yang membunuh mereka di Badr” kata Hindun.
Sepulang dari hadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam Hindun segera menghancurkan berhala di rumah dengan kapak hingga berkeping-keping sambil berujar
“Dulu kami tertipu denganmu!”

Hindun bintu ‘Utbah radhiyallahu ‘anha pernah mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengadukan kekikiran suami “Wahai Rasulullah Abu Sufyan itu seorang yang bakhil. Dia tdk memberikan kecukupan padaku dan anakku kecuali apa yang kuambil dari harta dengan diam-diam.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menasihatkan pada “Ambillah apa yang bisa mencukupimu dan anakmu dengan cara yang baik.”

Hindun bintu ‘Utbah radhiyallahu ‘anha kini menjadi seorang shahabiyah yang mulia. Dia meninggal pada masa khilafah ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu. Hindun bintu ‘Utbah semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhainya.
Wallahu ta’ala a’lamu bish shawab.

Sumber Kisah: Bina Insani

Kisah Shohabiyah Pemakan Hati Singa Allah

Sahabat mungkin kita pernah mendengar kisah hati mentah dimakan manusia?, ya ialah Hindun istri pembesar Quraisy Abu Sufyan yang memakan hat...

Tuesday, June 5, 2018



Setelah terjadi peristiwa Fathul Makkah, dimana Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dan para sahabatnya berhasil menaklukkan kota Makkah dan menghancurkan 360 berhala yang ada di dalam dan sekitar Ka'bah. Banyak penduduk kota Makkah yang masuk Islam. Ya, keberhasilan tersebut merupakan kemenangan yang sangat besar bagi umat Islam. Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam telah berhasil menyebarkan Islam dengan hikmah, sehingga para penduduk Madinah dan Makkah beriman kepada Allah dan RasulNya.

Namun ada beberapa suku Makkah yang marah akan keberhasilan kaum muslimin. Mereka tidak terima dan ingin menyerang para sahabat nabi dengan kekuatan penuh. Dari sinilah akan terjadi perang besar antara kaum muslimin dengan suku Makkah yang masih kafir. Perang ini disebut, perang Hunain. Bagaimana kisahnya? Apa penyebab terjadi perang Hunain?



Kisah Perang Hunain Antara 2 Suku Hawazin dan Tsaqif Melawan Pasukan Nabi

kisah perang hunain rasulullah lengkap

Tidak jauh dari kota Makkah, terdapat perkampungan dua suku besar, yaitu suku Hawazin dan suku Tsaqif. Mereka mendengar bahwa kota Makkah telah berhasil dikuasai Rasulullah shalallahu alaihi wassalam. Kondisi itu membuat mereka khawatir jika nabi dan para sahabatnya akan menyerang perkampungan mereka. Tokoh mereka yang bernama Malik bin Auf an Nashri pun mengumpulkan seluruh penduduk kampung mereka. Malik menyampaikan kekhawatirannya dan mengajak setiap penduduk untuk mengumpulkan pasukan demi menyerang kaum muslimin,.... (Bersambung)

Kisah Perang Hunain bagian 1

Setelah terjadi peristiwa Fathul Makkah, dimana Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dan para sahabatnya berhasil menaklukkan kota Makkah d...

 

Tekno Ilmu © 2015 - Blogger Templates Designed by Templateism.com, Plugins By MyBloggerLab.com