Friday, May 25, 2018




Mengenal Suhail bin Amr

Suhail bin Amr adalah pemimpin bani amir, dikenal juga dengan Abu Yazid. Ia mempunyai kemuliaan dan kedudukan tinggi di kalangan kaum Quraisy, layaknya Abu Jahal, Uthbah bin Rabiah, Abu Sufyan, dll.

Anak laki-lakinya bernama Abdullah dan Abu Jandal. Anak perempuannya, Sahlah, istri dari abu hudzaifah yang merupakan anak dari Uthbah bin Rabiah. (Mungkin ada lagi, tapi setelah mencari kesana kemari, yang saya tahu hanya tiga ini)

Kemampuan berpidato dan diplomasinya sudah sangat dikenal. Ia juga ingin mewariskan kemampuannya itu ke kedua anak laki-lakinya. Karena itu, setiap kali suhail berjalan-jalan atau menghadiri pertemuan-pertemuan pembesar Quraisy, Abdullah dan Abu Jandal selalu dibawa besertanya.

Ia pernah menangani sengketa antara orang yahudi dan quraisy yang beradu mulut. Ceritanya, tahun lalu orang quraisy (Q) membeli barang orang yahudi (Y) dengan berhutang dulu, berharap ketika barang-barang itu terjual, hutangnya bisa dibayar. Tapi ternyata barangnya Y ini jelek-jelek, sehingga tidak laku dijual. Q pun menjadi rugi, dan tidak mau membayar hutangnya dengan penuh (rugi ditambah kesal karena ditipu). Tapi Y tetap berdalih itu diluar tanggung jawabnya, bisa saja barangnya menjadi jelek ketika di perjalanan/selama penyimpanan oleh Q. Suhail bin Amr menengahinya, dengan membayarkan sisa hutang orang yahudi itu.



Polemik karena keislaman keluarganya

Ketika Rasulullah menyerukan islam di Makkah, Suhail bin Amr termasuk salah satu orang yang sangat kekeuh menentang islam. Ia senantiasa menghasut orang-orang agar membenci Rasulullah, dengan berpidato kemana-mana.

Tetapi ternyata, anak-anaknya, abdullah dan sahlah (istrinya abu hudzaifah), justru adalah orang yang pertama-tama masuk islam. Tidak lama kemudian, Suhail mengetahuinya. Kalau yang Sahlah, kepergok ketika shalat. Sedangkan abdullah, memang berani mengkonfrontasi Suhail dengan menyatakan keislamannya, yang ketika itu berkata (keren lah ini),

“Mana yang lebih kau sukai, lawan yang berani, terhormat dan berintegritas, atau pengikut yang pengecut yang tidak mempunyai integritas?”

“Jelas yang pertama, tapi yang terbaik adalah sekutu yang berintegritas.”

“Ketahuilah ayah, bahwa saya adalah muslim.”

Dan akhirnya Abdullah diusir, tidak diakui sebagai anak lagi.

Sedangkan Abu Jandal, yang sebenarnya sudah islam juga, masih menyembunykan keislamannya di depan ayahnya. Dia anak yang sangat patuh, Suhail pun sangat menyayanginya. Sepertinya terselip agenda dakwah dibalik kepatuhan Abu Jandal ini. Tapi Suhail masih saja bebal.

Abdullah hijrah ke habasyah lalu pulang lagi ke Makkah karena mengira islam telah menang. Ketika kembali ke Makkah, Suhail mengatur tipudaya untuk menangkap Abdullah. Abu jandal yang sudah tidak tahan lagi, akhirnya mengugkapkan pada ayahnya bahwa ia juga telah islam. Suhail marah, dan memenjarakan kedua anaknya itu, Abdullah dan Abu Jandal.

Perang Badr dan Menjadi Tawanan

Ketika perang badar, Suhail termasuk baris depan pasukan Quraisy (sejenis panglima mungkin). Sebelum Suhail berangkat perang, anaknya, Abdullah, berpura-pura menyerah dan akan mengikuti Suhail berperang membela Quraisy. Suhail pun membebaskannya. Tapi di medan perang, Abdullah kabur dari pasukan Quraisy dan kembali berpihak ke Rasulullah.

Singkat cerita, kaum musyrikin quraisy kalah di perang badar, dan Suhail menjadi tawanan. Saat ditawan, ia melihat bagaimana muslim sangat baik dalam memperlakukan tawanan perang. Setelah tebusannya dibayar, Suhail pun akhirnya dibebaskan.

Ada riwayat mengatakan, sewaktu Suhail tertawan setelah perang Badar, Umar bin Khattab segera menuju kearahnya dan hendak mematahkan giginya agar tidak bisa lagi berpidato untuk menghasut orang dan menebar fitnah (ditonjok mungkin maksudnya), tapi Rasulullah mencegahnya dan bersabda kepada Umar,

“Biarlah. Mungkin suatu ketika gigi itu akan membuatmu senang.”

Akhirnya Suhail bin Amr dibiarkan hidup dan masih terus memerangi kaum Muslimin.

Negosiator Perjanjian Hudaibiyah

Di akhir tahun keenam hijrah, Rasulullah SAW bersama para sahabatnya pergi ke Makkah untuk melakukan umrah. Keberangkatan mereka ini diketahui oleh Quraisy, hingga mereka pergi menghadang. Mereka bermaksud menghalangi kaum Muslimin berangkat ke kota Makkah. Utusan Quraisy datang silih berganti kepada Rasulullah untuk melarang kaum muslimin melakukan umrah, dengan berbagai ancaman dan lain lain. Tapi, mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena keteguhan hati Rasulullah dan kaum muslimin.

Karena para pembesar Quraisy tidak mengerti-mengerti juga, akhirnya Rasulullah mengutus Utsman bin Affan. Tapi Utsman tak kunjung kembali dan tersiar kabar kalau Utsman di bunuh. Mendengar itu, kaum muslilim berbai’at tidak akan meninggalkan tempat itu sebelum memerangi Quraisy. Belakangan diketahui berita itu hoax dan Utsman pun kembali dengan selamat.

Quraisy yang panik dan ketakutan akhirnya mengutus Suhail bin Amr untuk bernegosiasi dengan Rasulullah. Terjadilah perundingan yang berlangsung lama di antara mereka. Dengan pongahnya ia menolak ketika Rasulullah meminta perjanjian itu dibuka dengan “Bismillahirrahmanirrahiim.” Ia berkata,

“Demi Allah aku tidak tahu, siapa itu Ar Rahman? Tetapi tulislah Bismika Allahumma !”
Rasulullah mengalah. Kemudian ketika dituliskan, “Muhammad, utusan Allah.” Suhail langsung berkata,

“Andaikata kami yakin bahwa engkau Rasulullah, kami tidak akan menghalangimu masuk Masjidil Haram dan tidak pula memerangimu. Karena itu tulislah Muhammad bin Abdullah !”

Rasulullah kembali mengalah dan memerintahkan Ali untuk menggantinya seperti permintaan Suhail. Dalam perundingan ini Suhail berusaha hendak mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya untuk Quraisy. Dan sepintas, ia terlihat berhasil, karena isi perjanjian itu seolah olah sangat merugikan kaum muslimin dan menguntungkan Quraisy.

Seketika setelah perjanjian itu disepakati, Abu Jandal yang berhasil melarikan diri dari makkah datang hendak menemui Rasulullah. Tapi dengan bermodalkan perjanjian itu, Suhail memaksa Abu Jandal untuk kembali lagi ke Makkah bersamanya, dan Rasulullah serta kaum muslimin tidak dapat mencegahnya, selain menasihati Abu Jandal untuk bersabar, karena Allah akan memberikan baginya kemudahan dan jalan keluar.

Fathul Makkah dan Islamnya Suhail bin Amr

Suhail beserta Shafwan bin Umayyah menghadang pasukan Khalid ketika fathul Makkah. Namun, karena kekuatannya sedikit, maka akhirnya mereka kabur. Suhail bersembunyi di rumahnya. Abdullah dan Abu Jandal mendatanginya dan mengajaknya untuk menyerah dan berislam. Karena Suhail masih sangat takut, mengingat ia sangat memusuhi islam sebelumnya, ia tidak berani datang, hingga akhirnya kedua anaknya memberikan jaminan keamanan untuknya.

Rasulullah amat pengasih, dengan sikap yang sangat lembut, beliau menyerukan ,

“Semua kalian bebas..”

Segenap penduduk makkah yang dihantui ketakutan pun menjadi lega, begitu pula dengan Suhail. Ia terpesona dengan kebesaran Nabi Muhammad dan kebesaran islam. Hal ini menyadarkannya, sehingga ia menyerahkan dirinya kepada Allah dengan berislam dengan sebenar-benarnya.

Meninggalnya Rasulullah SAW

Ketika Rasulullah meninggal, beberapa kabilah mulai murtad dan sebagian warga Mekkah mulai goyah. Jika di Madinah ada Abu Bakr dengan pidatonya yang menguatkan kaum muslimin, maka di Makkah bangkitlah Suhail bin Amr sebagai orator ulung yang menyeru kepada kaumnya,

“Wahai penduduk Makkah. Janganlah kalian menjadi manusia yang paling akhir masuk ke dalam Islam, dan menjadi orang pertama yang murtad.



Muhammad hanyalah manusia biasa yang telah diutus untuk menyampaikan amanah, menasihati umat.

Islam telah menjadi agama yang Kaffah, yang menjadi pedoman dalam perbuatan seperti apa yang telah Rasulullah SAW lakukan.

Demi Allah, agama ini akan menyebar luas dari ujung timur hingga ke barat.

Maka janganlah kalian terpengaruh oleh orang-orang munafik.

…”

(terharu)

Dan benarlah Rasulullah, bahwa Suhail bin Amr suatu saat nanti melakukan sesuatu yang menyenangkan kaum muslimin dengan lisannya.

Masa Khalifah Umar

Pada masa Khalifah Umar bin Khaththab, Suhail bersama beberapa pembesar Quraisy yang telah memeluk Islam, di antaranya Abu Sufyan akan menemui khalifah, tetapi mereka tertahan karena Umar belum mengijinkannya. Beberapa saat kemudian muncul beberapa orang yang dulunya adalah budak, tapi langsung diijinkan masuk oleh Umar. Abu Sufyan terlihat marah melihat perlakuan Umar tersebut, tetapi Suhail berkata,

“Wahai kaumku, sesungguhnya aku telah melihat apa yang ada di wajah kalian. Sekiranya kalian ingin marah, marahlah pada diri kalian sendiri. Kita semua diseru kepada Islam, mereka bersegera menyambutnya, tetapi kalian terlambat. Sungguh keutamaan yang telah mereka peroleh dahulu lebih banyak yang terluput dari kalian, daripada sekedar keistimewaan pintu Umar yang kalian berlomba memasukinya.”

Suhail sangat mencintai kampung halamannya, Makkah. Tetapi, setelah kemenangan kaum muslimin di Syria, ia sudah meneguhkan hati ia akan berjihad di jalan Allah sampai ajal menjemputnya. Ia berkata,

“Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,

‘Ketekunan seseorang pada suatu saat dalam perjuangan di jalan Allah, lebih baik baginya daripada amal sepanjang hidupnya.’

Maka sungguh Aku akan berjuang di jalan Allah sampai mati, dan takkan kembali ke Makkah!”

Ia pergi ke Syria untuk turut mengambil peran dalam peperangan disana, perang Yarmuk melawan bizantium. Setelah penaklukan syam, ia bergabung dengan pasukan yang berjaga di garis depan di Syam, dan menghabiskan sisa waktunya disana sampai ia meninggal karena penyakit tha’un. Inilah akhir kehidupannya, yang Allah telah mengganti keburukan keburukan yang dilakukan Suhail dengan kebaikan kebaikan.

Sosok islamnya Suhail bin Amr

Suhail adalah sahabat yang banyak melakukan shalat, puasa, dan sedekah. Ada yang mengatakan bahwa dia selalu berpuasa dan shalat tahajjud hingga kondisinya terlihat lusuh dan berubah. Dia banyak menangis jika mendengar ayat-ayat Al Qur`an.

Beberapa sahabat dan orang-orang yang datang sesudah mereka berkata,

“Tidak ada satu pun pembesar Quraisy yang belakangan masuk Islam, lalu masuk Islam ketika Fathul Makkah, yang lebih banyak shalatnya, puasanya, dan sedekahnya daripada Suhail. Bahkan tidak ada yang lebih semangat terhadap hal-hal yang mendukung kepada akhirat dibandingkan Suhail bin Amr.”

Bagaimana dengan kesungguhan Suhail dalam islam? Ia pernah berkata,

“Demi Allah. Saya tidak akan biarkan satu tempat pun yang di situ saya berada bersama kaum musyrikin melainkan saya berada di sana bersama kaum muslimin seperti itu juga. Tidak ada satu pun nafkah yang dahulu saya serahkan bersama kaum musryikin melainkan saya infakkan pula kepada kaum muslimin yang serupa dengannya. Mudah-mudahan urusanku dapat menyusul satu sama lainnya.”

Dulu ia tekun berdiri di depan berhala-berhala, maka setelah islamnya ia pun berbuat lebih dari itu di hadapan Allah. Ia senantiasa beribadah, mensucikan diri dan mendekatkan dirinya kepada Allah. Dulu ia berperang bersama orang-orang musyrik menghadapi islam, maka setelah islamnya ia pun tampil sebagai mujahid yang gagah berani di barisan tentara islam.

Walaupun Suhail bin Amr baru berislam saat fathul makkah dan bukan sebelumnya, tetapi kita lihat keislaman dan keimanannya begitu tinggi, hingga dapat menguasai keseluruhan dirinya dan merubahnya menjadi seorang mujahid yang mati-matian berkorban di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Islam telah menempa dirinya, dengan semua bakat dan karakternya, ketika di sibghah dengan islam, terpaculah seluruhnya untuk menegakan kebenaran, dan senantiasa dalam keimanan. Subhanallah…

Sumber :

Omar ibn Khattab the series.
Kelengkapan Tarikh, Moenawar Chalil, Jilid 1-2
https://www.kisahislami.com/from-zero-to-hero/
https://cara-global.blogspot.com/2010/11/suhail-bin-amr.html
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/06/01/m4xnnz-kisah-sahabat-nabi-suhail-bin-amr-tawanan-yang-jadi-pahlawan-1
https://en.wikipedia.org/wiki/Suhayl_ibn_Amr
https://blagodtima.wordpress.com

Kisah Suhail bin Amr Memeluk Islam Saat Fathul Mekkah

Mengenal Suhail bin Amr Suhail bin Amr adalah pemimpin bani amir, dikenal juga dengan Abu Yazid. Ia mempunyai kemuliaan dan kedudukan tinggi...

Thursday, May 24, 2018



Ketika Abu Jandal bin Suhail bin Amr memeluk Islam, kaum keluarganya membelenggu dan menyiksanya sehingga ia tidak bisa menyusul Nabi SAW ke Madinah sebagaimana orang Islam lainnya. Suatu saat ia berhasil meloloskan diri melalui bagian bawah kota Makkah, dan menemui orang-orang Islam yang saat itu sedang berada di Hudaibiyah, kedua tangannya dalam keadaan terbelenggu.
Saat itu utusan kaum Quraisy, Suhail bin Amr, yang tidak lain adalah ayah Abu Jandal sendiri, sedang mengadakan pembicaraan dengan Nabi SAW tentang butir-butir Perjanjian Hudaibiyah. Salah satu butir tersebut adalah : Jika seorang lelaki dari Makkah datang kepadamu (Nabi SAW), walaupun ia telah memeluk Islam, maka engkau harus mengembalikannya kepada kami (Kaum Quraisy).
Ketika Suhail melihat kehadiran Abu Jandal, Suhail berkata kepada Nabi SAW, "Hai Muhammad, dia ini adalah orang pertama yang harus engkau kembalikan kepada kami."
Nabi SAW sebenarnya berusaha mempertahankan Abu Jandal dengan dalih perjanjian tersebut belum sampai tahap disepakati, tetapi masih dalam perundingan. Tetapi Suhail tetap berkeras, sehingga akhirnya Nabi SAW merelakan Abu Jandal dibawa kembali ke Makkah. Abu Jandal sempat berkata, "Hai orang-orang Islam, apakah aku akan dikembalikan kepada kaum musyrik, sedangkan aku telah datang kepada kalian sebagai muslim? Apakah kalian tidak melihat apa yang kuderita?"
Tentu saja kaum muslimin sangat tersentuh dengan keadaan tsb. tetapi apa yang telah diputuskan oleh Nabi SAW, itulah hukum yang harus ditaati. Hanya Umar bin Khaththab yang sempat mempertanyakan kepada Nabi SAW, tetapi ia pun akhirnya bisa menerimanya setelah dijelaskan Abu Bakar RA. Nabi SAW hanya bisa menasehati Abu Jandal untuk bersabar.
Berlalulah waktu, seorang muslim lagi, yakni Abu Bashir, lepas dari kungkungan dan siksaan kamu Quraisy dan berlari ke Madinah. Kaum Quraisy mengirim dua utusan ke Madinah untuk menjemput Abu Bashir, dan tidak bisa tidak, karena masih terikat Perjanjian Hudaibiyah, Nabi SAW SAW harus merelakan Abu Bashir dibawa kembali ke Makkah.
Dalam perjalanan tersebut, dengan suatu muslihat Abu Bashir berhasil membunuh salah satu utusan, dan utusan lainnya berhasil lari ke Madinah meminta perlindungan Nabi SAW. Ketika Abu Bashir menghadap Nabi SAW di Madinah, beliau menjelaskan tentang Perjanjian Hudaibiyah dan beliau tidak mungkin mempertahankannya di Madinah. Abu Bashir bisa memahami kesulitan yang dihadapi Nabi SAW, karena itu ia lari ke pesisir menyembunyikan diri.
Beberapa waktu kemudian Abu Jandal juga berhasil lolos dari kaum Quraisy, dan ia mengikuti jejak Abu Bashir menyembunyikan diri di pesisir. Begitulah, setiap ada orang muslim yang lolos dari kaum Quraisy, mereka bergabung dengan Abu Bashir dan Abu Jandal hingga mencapai jumlah satu isbahah (10 - 40 orang). Kelompok yang dipimpin oleh Abu Bashir dan Abu Jandal ini selalu menghadang dan membunuh kafilah dagang Quraiys yang menuju Syam, dan merampas hartanya.
Keadaan itu ternyata menjadi “bumerang” bagi kaum Quraisy, yang akhirnya memaksa orang-orang Quraisy menemui Nabi SAW agar kelompok Abu Bashir dan Abu Jandal ditarik ke Madinah dan tidak mengganggu kafilah-kafilah dagang orang Quraisy ke Syam. Itu artinya mereka sendiri yang berinisiatif membatalkan Perjanjian Hudaibiyah. Dan kelompok Abu Bashir dan Abu Jandal ini akhirnya bergabung dengan Nabi SAW di Madinah.

Kisah Abu Jandal bin Suhail RA

Ketika Abu Jandal bin Suhail bin Amr memeluk Islam, kaum keluarganya membelenggu dan menyiksanya sehingga ia tidak bisa menyusul Nabi SAW ke...

Friday, May 18, 2018

Kembali lagi dengan kisah islami menarik mengenai nabi. Kali ini kisahnya tentang nabi Ibrahim as yang memiliki putra-putri bagus yang pernah ada di dunia.

Nabi Ibrahim as lahir di Babilon, beliau masih keturunan dari Sam bin Nuh as. Nabi Inrahim as memiliki dua orang putera yang kelak keduanya juga menjadi seorang nabi, yaitu Ishaq as dan Ismail as.

Oleh karena itu, Nabi Ibrahim as menjadapt julukan bapaknya para nabi.

Kelahiran Nabi Ibrahim as


Pada zaman nabi Ibrahim as, negeri Babilon dipimpin oleh Raja Namrud, seorang raja yang sangat kejam, memerintahkan untuk membunuh semua bayi laki-laki yang lahir di negeri itu. Karena ada rasa khawatir akan dibunuh juga, orang tua Ibrahim as menyembunyikan bayi Ibrahim di dalam sebuah gua.

Dengan kekuasaaan Allah SWT, Ibrahim kecil dapat bertahan hidup dengan mengisap ujung jarinya sendiri yang bisa mengeluarkan air susu. Allahu Akbar.



Banyak Pertanyaan


Nabi Ibrahim as kemudian tumbuh menjadi anak yang berbeda dengan anak-anak lainnya. Di dalam pikirannya dipenuhi pertanyaan, mengapa kaumnya menyembah berhala padahal berhala itu buatan mereka sendiri.

Banyak sekali pertanyaan yang ada di dalam pikiran Nabi Ibrahim as.
Beliau mengamati bintang matahari dari terbit hingga terbenamnya, juga mengamati bintang dan bulan yang hanya muncul setiap malam saja.

Beliau juga memperhatikan kehidupan yang ada di sekitarnya, semuanya begitu teratur dan ia sangat yakin sekali pasti semuanya ada yang mengatur. Tentu saja bukan berhala-berhala itu yang tidak bisa berbuat apa-apa.

Allahlah Dzat yang Dicari Nabi Ibrahim as


Siapakah yang Mengatur Alam ini ya???
Kemudian Nabi Ibrahim as meminta bukti kepada Allah SWT bahwa Dialah Dzat yang mengatur, serta yang menghidupkan dan mematikan semua yang hidup.

Doa Nabi Ibrahim as didengar Allah SWT.
Allah SWT kemudian menyuruh Nabi Ibrahim as membunuh beberapa ekor burubg yang berbeda dan mencincangnya. Daging burung tersebut lalu dicampur aduk menjadi satu dan diletakkan di sebuah bukit.

Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim as untuk memanggil burung-burung tersebut. Maka daging burung yang tercampur tadi ternyata berkumpul kembali sesuai dengan jenisnya, menyatu dalam bentuk seekor burung yang utuh seperti sedia kala. Burung-burung itu terbang mengampiri Nabi Ibrahim as.

Seketika itu juga Nabi Ibrahim as langsung terjatuh dan bersujud menyembah Allah SWT.

Raja Namrud dan Berhala-berhalanya


Ketika Raja Namrud sedang berburu, Nabi Ibrahim as menhancurkan berhala-berhala yang selama ini menjadi pujaan kaumnya. Kecuali satu buah berhala yang paling besar, di lehernya ia kalungkan kapak yang digunakan untuk menghancurkan berhala-berhala itu.

Setelah mengetahui berhala-berhala yang dipujanya hancur, Raja Namrud sangat marah. Ia memerintahkan untuk menangkap Nabi Ibrahim as karena ia yakin dialah pelakunya. Nabi Ibrahim as selalu melarang rskyat Babilonia memuja berhala.




"Hai Ibrahim, aku yakin bahwa kamulah yang menghancurkan berhala-berhala itu. Karena hanya kamu saja yang tidak senang kami memujanya, "tuduh raja Namrud.
"Jangan sembarang menuduh, Raja Namrud. Apakah engkau tidak berpikir kalau yang menghancurkan berhala-berhala kecilmu adalah berhala yang paling besar. Buktinya kapa ada padanya. Mungkin karena dia tidak mau ada saingannya, "bantah Nabi Ibrahim as.

Raja Namrud semakin marah karena merasa dipermainkan. Maka terjadilah perdebatan yang sangat hebat diantara keduanya.

"Mana mungkin berhala yang besar itu menghancurkan berhala yang kecil. Dia hanya batu dan tidak dapat berbuat apa-apa, "bantah Raja Namrud.
"Berarti kalian sadar kalau yang selama ini kalian sembah dan dipuja-puja hanyalah sebongkah batu dan tidak bisa berbuat apa-apa? Lalu apa yang kalian harapkan darinya? "sindir Nabi Ibrahim as.

Dibakar Hidup-hidup dan Serangan Nyamuk Ganas

Sebagian orang yang sadar, menyatakan ikut pada ajaran Nabi Ibrahim as. Raja Namrud merasa sangat malu dengan ucapan Nabi Ibrahim as tersebut.

Meskipun hatinya membenarkan ucapan Nabi Ibrahim as, tapi harga dirinya melarang untuk mengakui kebenaran tersebut. Ia malah memerintahkan prajuritnya untuk membakar hidup-hidup Nabi Ibrahim as.

Karena perlindungan Allah SWT, api tidak mampu membakar tubuh Nabi Ibrahim as.

Penduduk Babilonia semakin banyak yang menjadi pengikut Nabi Ibrahim as. Allah SWT kemudian memerintahkan Nabi Ibrahim as dan pengikutnya agar hijrah ke Palestina.

Penduduk Babilonia yang masih menyembah berhala diberi azab Allah SWT berupa nyamuk-nyamuk ganas yang menggigit mereka sampai mati tak tersisa.

Selesai.

Kisah Nabi Ibrahim as - Menghancurkan Berhala

Kembali lagi dengan kisah islami menarik mengenai nabi. Kali ini kisahnya tentang nabi Ibrahim as yang memiliki putra-putri bagus yang perna...

 

Tekno Ilmu © 2015 - Blogger Templates Designed by Templateism.com, Plugins By MyBloggerLab.com